Aldho_1976
Senin, 12 Maret 2012
Sejarah INTERNET
Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat di tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX,
kita bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga
melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk jaringan,
kehandalan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan, dan akhirnya
semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan
protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol).
PERSIBA Bantul
Persiba Bantul berdiri pada tanggal 21 September 1967, dengan tujuan
pokok sesuai dengan AD/ART adalah proses kelanjutan gerakan sepak bola
nasional yang diawali dengan berdirinya PSSI 19 April 1930 di Yogyakarta.
Sepak bola merupakan olahraga yang sangat dikenal, digemari dan telah
merakyat di Indonesia, yang berupakan sarana untuk menunjang pembangunan
Bangsa Indonesia khususnya dalam meningkatkan sumber daya manusia yang
memiliki jasmani yang sehat dan kuat dalam rangka membawa nama baik nama
bangsa Indonesia dalam percaturan bidang olaharaga nasional.
Tahun 2004 merupakan tonggak sejarah persepakbolaan di Kabupaten Bantul, setelah menunggu selama 37 tahun akhir dapat juga masuk ke Divisi Satu Liga Indonesia. Sosok Idham Samawi berperan besar dalam keberhasilan ini, yang tentu saja didukung oleh dana APBD Kabupaten Bantul dengan persetujuan DPRD.
Tahun 2005 Persiba mendapat kepercayaan dari PSSI untuk melanjutkan pembinaan pemain masa depan Indonesia, Tim Nas U-20 dititipkan di Bantul untuk dibina dan diikutsertakan dalam Kompetisi PSSI Liga Indonesia Tahun 2005, padahal ada beberapa klub yang telah meminangnya.
Tahun 2006 yang lalu kembali Persiba berlaga di tingkat Divisi Satu Liga Indonesia dengan materi dan persiapan yang lebih matang. Namun di tengah mengikuti kompetisi, pada tanggal 27 Mei 2006 Bantul diguncang bencana alam gempa tektonik sehingga dengan dengan terpaksa Persiba mengundurkan diri. Begitupun dengan roda kompetisi Pengcab PSSI Kabupaten Bantul dengan terpaksa juga dihentikan.
Tahun 2004 merupakan tonggak sejarah persepakbolaan di Kabupaten Bantul, setelah menunggu selama 37 tahun akhir dapat juga masuk ke Divisi Satu Liga Indonesia. Sosok Idham Samawi berperan besar dalam keberhasilan ini, yang tentu saja didukung oleh dana APBD Kabupaten Bantul dengan persetujuan DPRD.
Tahun 2005 Persiba mendapat kepercayaan dari PSSI untuk melanjutkan pembinaan pemain masa depan Indonesia, Tim Nas U-20 dititipkan di Bantul untuk dibina dan diikutsertakan dalam Kompetisi PSSI Liga Indonesia Tahun 2005, padahal ada beberapa klub yang telah meminangnya.
Tahun 2006 yang lalu kembali Persiba berlaga di tingkat Divisi Satu Liga Indonesia dengan materi dan persiapan yang lebih matang. Namun di tengah mengikuti kompetisi, pada tanggal 27 Mei 2006 Bantul diguncang bencana alam gempa tektonik sehingga dengan dengan terpaksa Persiba mengundurkan diri. Begitupun dengan roda kompetisi Pengcab PSSI Kabupaten Bantul dengan terpaksa juga dihentikan.
pss sleman
PSS Sleman didirikan pada tanggal 20 Mei 1976, dan merupakan
perserikatan tertua ketiga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sesudah
PSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul. Waktu berdirinya PSS Sleman hampir
bersamaan dengan saat berdirinya Persikup Kulonprogo, dan Persig
Gunungkidul. Saat itu,selain di kota Yogyakarta, potensi sepakbola di
empat daerah kabupaten tidak terpantau dan kurang terkelola dengan baik.
Padahal beberapa daerah di Sleman, seperti Prambanan dan Kalasan sejak
dulu sudah memiliki tim sepakbola yang tangguh, yang ditandai dengan
hadirnya beberapa tim luar daerah yang mengadakan pertandingan ujicoba
dengan tim di kawasan tersebut.
Hal ini juga dapat dilihat dari proses pembentukan tim PraPON DIY pada tahun 1976 yang dilakukan dengan turnamen kecil dengan peserta dari empat kabupaten di Yogyakarta. Dari turnamen ini, akan diambil beberapa pemain yang kemudian akan dijadikan pemain tambahan bagi tim PSIM yang menjadi kekuatan tim inti Pra PON DIY saat itu. Turnamen kecil yang digelar di Stadion Kridosono tersebut dapat dikatakan sebagai debut resmi bagi PSS. PSS berhasil mengalahkan Persig Gunungkidul 1-0 pada tanggal 10 Agustus 1976, sebelum akhirnya kalah dari Persiba Bantul 0-2 dalam pertandingan final.
Pelan namun pasti, PSS mencoba menapak kompetisi nasional melalui pemain-pemain yang dibina di kompetisi internal secara kontinyu. PSS pernah dipuji oleh ketua umum PSSI, Kardono sebagai tim perserikatan yang memiliki kompetisi internal terbaik di Indonesia. Tak kurang 60 tim amatir secara rutin bertarung dalam tiga divisi dalam kompetisi PSS. Klub-klub asal Sleman pun merajai berbagai turnamen tarkam, dan PSS tak pernah kekurangan stok pemain.
Sejak tahun 1987, PSS mulai mentargetkan agar dapat berlaga ke pentas sepakbola nasional dengan promosi ke Divisi I. Namun seringkali usaha PSS kandas saat mengikuti kompetisi penyisihan Divisi IIA-zona Jateng DIY. Persijap Jepara, PSIR Rembang, dan Persiku Kudus, adalah lawan-lawan yang secara bergantian mengganjal langkah PSS agar dapat lolos ke Divisi II zona nasional. Keberhasilan PSIR dan Persiku promosi ke Divisi I, dan bahkan ke Divisi Utama saat Liga Indonesia mulai bergulir memuluskan langkah PSS untuk merajai Divisi IIA Jateng DIY bersama Persijap Jepara, dan berlaga di pentas Divisi II Nasional.
Namun, usaha PSS untuk promosi ke Divisi I pada Liga Indonesia 1994/1995 gagal di babak penyisihan sekalipun mereka berlaga di kandang sendiri. Baru Liga Indonesia tahun 1995/1996, PSS berhasil melangkah ke putaran final babak empat besar Divisi II yang diselenggarakan di Tangerang. Sayangnya PSS harus mengakui Persewangi Banyuwangi dalam babak semifinal melalui adu penalti. Persewangi, dan Persikota Tangerang pun lolos otomatis ke Divisi I, sedangkan PSS bersama Persipal Palu harus beradu dengan dua tim Divisi I dalam babak playoff.
Dalam babak playoff yang diadakan di stadion Tridadi, PSS sempat berada di ujung tanduk setelah tim Persiss Sorong menyerah 1-7 dari Persipal Palu, dan membuat PSS harus mengalahkan pimpinan klasemen Aceh Putra Galatama untuk berebut satu tiket tersisa. Kalah atau imbang, PSS harus merelakan Aceh Putra, dan Persipal untuk berlaga di Divisi I. Lewat pertarungan ketat, PSS berhasil mengalahkan Aceh Putra dan meraih tiket promosi.
Aksi debutan PSS di Divisi I Liga Indonesia 1996/1997 cukup mencengangkan. Tim yang mengandalkan materi pemain hasil binaan sendiri tersebut berhasil lolos dari Grup Tengah III, mendampingi Persikabo Bogor ke babak sepuluh besar. Dalam babak sepuluh besar Grup A yang digelar di Stadion Mandala Krida, PSS harus puas di peringkat tiga dan gagal ke semifinal. Langkah PSS ke Divisi Utama baru berhasil pada Liga Indonesia 1999/2000 setelah PSS keluar sebagai Juara II Divisi I Liga Indonesia, dan ditandai dengan kecermelangan performa M.Eksan yang keluar sebagai top Skor dengan 11 gol.
Sempat dipandang sebelah mata, PSS dapat bertahan menghadapi persaingan keras Divisi Utama Liga Indonesia. Tim berjuluk Elang Jawa ini berhasil lolos dari jurang degradasi pada saat saat terakhir kompetisi. Prestasi terbaik PSS diraih saat Liga Indonesia digelar dengan sistem satu wilayah pada tahun 2003, dan 2004, dengan menempati posisi ke-4. Sejak kiprahnya di Divisi Utama, PSS telah mengantarkan Anton Hermawan, dan Moh. Maully Lessy untuk mengenakan kostum tim nasional. Sayangnya, melambungnya prestasi PSS juga ditandai dengan memudarnya semangat pembinaan, dan terbengkelainya kompetisi internal di Sleman. Problema antara tuntutan prestasi dan pembinaan menjadi tantangan terbesar bagi PSS Sleman agar keberadaannya mampu mencerminkan kualitas kompetisi sepakbola di Sleman.
Hal ini juga dapat dilihat dari proses pembentukan tim PraPON DIY pada tahun 1976 yang dilakukan dengan turnamen kecil dengan peserta dari empat kabupaten di Yogyakarta. Dari turnamen ini, akan diambil beberapa pemain yang kemudian akan dijadikan pemain tambahan bagi tim PSIM yang menjadi kekuatan tim inti Pra PON DIY saat itu. Turnamen kecil yang digelar di Stadion Kridosono tersebut dapat dikatakan sebagai debut resmi bagi PSS. PSS berhasil mengalahkan Persig Gunungkidul 1-0 pada tanggal 10 Agustus 1976, sebelum akhirnya kalah dari Persiba Bantul 0-2 dalam pertandingan final.
Pelan namun pasti, PSS mencoba menapak kompetisi nasional melalui pemain-pemain yang dibina di kompetisi internal secara kontinyu. PSS pernah dipuji oleh ketua umum PSSI, Kardono sebagai tim perserikatan yang memiliki kompetisi internal terbaik di Indonesia. Tak kurang 60 tim amatir secara rutin bertarung dalam tiga divisi dalam kompetisi PSS. Klub-klub asal Sleman pun merajai berbagai turnamen tarkam, dan PSS tak pernah kekurangan stok pemain.
Sejak tahun 1987, PSS mulai mentargetkan agar dapat berlaga ke pentas sepakbola nasional dengan promosi ke Divisi I. Namun seringkali usaha PSS kandas saat mengikuti kompetisi penyisihan Divisi IIA-zona Jateng DIY. Persijap Jepara, PSIR Rembang, dan Persiku Kudus, adalah lawan-lawan yang secara bergantian mengganjal langkah PSS agar dapat lolos ke Divisi II zona nasional. Keberhasilan PSIR dan Persiku promosi ke Divisi I, dan bahkan ke Divisi Utama saat Liga Indonesia mulai bergulir memuluskan langkah PSS untuk merajai Divisi IIA Jateng DIY bersama Persijap Jepara, dan berlaga di pentas Divisi II Nasional.
Namun, usaha PSS untuk promosi ke Divisi I pada Liga Indonesia 1994/1995 gagal di babak penyisihan sekalipun mereka berlaga di kandang sendiri. Baru Liga Indonesia tahun 1995/1996, PSS berhasil melangkah ke putaran final babak empat besar Divisi II yang diselenggarakan di Tangerang. Sayangnya PSS harus mengakui Persewangi Banyuwangi dalam babak semifinal melalui adu penalti. Persewangi, dan Persikota Tangerang pun lolos otomatis ke Divisi I, sedangkan PSS bersama Persipal Palu harus beradu dengan dua tim Divisi I dalam babak playoff.
Dalam babak playoff yang diadakan di stadion Tridadi, PSS sempat berada di ujung tanduk setelah tim Persiss Sorong menyerah 1-7 dari Persipal Palu, dan membuat PSS harus mengalahkan pimpinan klasemen Aceh Putra Galatama untuk berebut satu tiket tersisa. Kalah atau imbang, PSS harus merelakan Aceh Putra, dan Persipal untuk berlaga di Divisi I. Lewat pertarungan ketat, PSS berhasil mengalahkan Aceh Putra dan meraih tiket promosi.
Aksi debutan PSS di Divisi I Liga Indonesia 1996/1997 cukup mencengangkan. Tim yang mengandalkan materi pemain hasil binaan sendiri tersebut berhasil lolos dari Grup Tengah III, mendampingi Persikabo Bogor ke babak sepuluh besar. Dalam babak sepuluh besar Grup A yang digelar di Stadion Mandala Krida, PSS harus puas di peringkat tiga dan gagal ke semifinal. Langkah PSS ke Divisi Utama baru berhasil pada Liga Indonesia 1999/2000 setelah PSS keluar sebagai Juara II Divisi I Liga Indonesia, dan ditandai dengan kecermelangan performa M.Eksan yang keluar sebagai top Skor dengan 11 gol.
Sempat dipandang sebelah mata, PSS dapat bertahan menghadapi persaingan keras Divisi Utama Liga Indonesia. Tim berjuluk Elang Jawa ini berhasil lolos dari jurang degradasi pada saat saat terakhir kompetisi. Prestasi terbaik PSS diraih saat Liga Indonesia digelar dengan sistem satu wilayah pada tahun 2003, dan 2004, dengan menempati posisi ke-4. Sejak kiprahnya di Divisi Utama, PSS telah mengantarkan Anton Hermawan, dan Moh. Maully Lessy untuk mengenakan kostum tim nasional. Sayangnya, melambungnya prestasi PSS juga ditandai dengan memudarnya semangat pembinaan, dan terbengkelainya kompetisi internal di Sleman. Problema antara tuntutan prestasi dan pembinaan menjadi tantangan terbesar bagi PSS Sleman agar keberadaannya mampu mencerminkan kualitas kompetisi sepakbola di Sleman.
Langganan:
Postingan (Atom)